KONTRIBUSI PEMERINTAHAN RONGGOSUKOWATI (1530-1616M) DALAM MENUNJANG MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH TENTANG ISLAMISASI DI PAMEKASAN
KONTRIBUSI PEMERINTAHAN RONGGOSUKOWATI
(1530-1616M) DALAM MENUNJANG MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH TENTANG ISLAMISASI DI PAMEKASAN
UNTUK KELAS XI DI SMA PAMEKASAN
PROPOSAL
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi
Dan Historiografi
yang
dibina oleh Bapak Dr. Arisapto, M.Hum.
Oleh :
Ahmad
Amin Thohir
130731615728
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
Oktober 2015
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Ruang Lingkup
F. Kajian Pustaka
G. Metode Dan Pendekatan Penelitian.
DAFTAR
RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kabupaten Pamekasan adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pamekasan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur. Kabupaten Pamekasan terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas 178 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahannya ada di Kecamatan Pamekasan.
Kemunculan sejarah pemerintahan lokal
Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke-15 berdasarkan
sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sunoyo yang mulai
merintis pemerintahan lokal di daerah Proppo atau Parupuk. Jauh sebelum
munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan.
Diperkirakan, Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura di Sumenep yang
telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13
Oktober 1268 oleh raja Kertanegara.
Kabupaten
Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Istilah Pamekasan
sendiri baru dikenal pada sepertiga abad ke-16, ketika Ronggosukowati mulai
memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton
Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses
perpindahan pusat pemerintahan sehingga terjadi perubahan nama wilayah ini.
Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan
bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan
bagaimana keberadaannya.
Jika
pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad ke-15, tidak dapat disangkal bahwa
kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat
daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya
pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak
bisa dipungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri
telah sibuk dengan upaya mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya yang
sangat besar, apalagi saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu
Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra. Sedangkan
pada kehidupan masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra
lisan dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura
tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja
pribumi pada zaman pra-islam.
Tulisan-tulisan
yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan Pamekasan ini pada
awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan
Bahasa Belanda dan kemudian mulai diterjemahkan atau ditulis kembali oleh
sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada
bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan
pada daun lontar atau Layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun
lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya,
termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama
bagi masyarakat luas. (Graaf & Pigeaud. 2002:20)
Masa
pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad
ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika
Ronggosukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya.
Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja Pertama di Pamekasan yang secara
terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini
diperkuat dengan pembuatan jalan Se Jimat, yaitu jalan-jalan di Alun-alun kota
Pamekasan dan mendirikan Masjid Jamik Pamekasan. Namun, sampai saat ini masih
belum bisa diketemukan adanya inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs
peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama
kali ia memerintah Pamekasan (Werdisastro R. 1914.)
Bahkan
zaman pemerintahan Ronggosukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda
kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggosukowati yang diceritakan mampu
membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Aresbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal
temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk
menentukan Hari Jadi Kota Pamekasan. Terungkapnya sejarah pemerintahan di
Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invansi Mataram ke
Madura dan merintis pemerintahan lokal dibawah pengawasan Mataram. Hal ini
dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem
serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh Sarjana barat yang lebih
banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan
Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigeaud tentang kerajaan
Islam pertama di Jawa dan Benda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit, termasuk
juga beberapa karya penelitian lainnya yang menceritakan sejarah Madura.
Masa-masa berikutnya yaitu masa-masa yang lebih cerah sebab telah banyak
tulisan berupa hasil penelitian yang didasarkan pada tulisan-tulisan sejarah
Madura termasuk Pamekasan dari segi pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan
agama, mulai dari masuknya pengaruh Mataram khususnya dalam pemerintahan Madura
Barat (Bangkalan dan Pamekasan), masa campur tangan pemerintahan Belanda yang
sempat menimbulkan pro dan kontra bagi para Penguasa Madura, dan menimbulkan
peperangan Pangeran Trunojoyo dan Ke’ Lesap, dan terakhir pada saat terjadinya
pemerintahan kolonial Belanda di Madura. (Hartono. B. 2001:15)
Pada
masa pemerintahan Kolonial Belanda inilah, nampaknya Pamekasan untuk
perkembangan politik nasional tidak menguntungkan, tetapi disisi lain, para
penguasa Pamekasan seperti diibaratkan pada pepatah Buppa’, Babu’, Guru, Rato
telah banyak dimanfaatkan oleh pemerintahan Kolonial untuk kerentanan
politiknya. Hal ini terbukti dengan banyaknya penguasa Madura yang dimanfaatkan
oleh Belanda untuk memadamkan beberapa pemberontakan di Nusantara yang dianggap
merugikan pemerintahan kolonial dan penggunaan tenaga kerja Madura untuk
kepentingan perkembangan ekonomi Kolonial pada beberapa perusahaan Barat yang
ada didaerah Jawa, khususnya Jawa Timur bagian timur (Karisidenan Basuki).
Perkembangan
Pamekasan, walaupun tidak terlalu banyak bukti tertulis berupa manuskrip
ataupun inskripsi nampaknya memiliki peran yang cukup penting pada pertumbuhan
kesadaran kebangsaan yang mulai berkembang di negara kita pada zaman
Kebangkitan dan Pergerakan Nasional. Banyak tokoh-tokoh Pamekasan yang kemudian
bergabung dengan partai-partai politik nasional yang mulai bangkit seperti
Sarikat Islam dan Nahdatul Ulama diakui sebagai tokoh nasional. Kita mengenal
Tabrani, sebagai pencetus Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang mulai
dihembuskan pada saat terjadinya Kongres Pemuda pertama pada tahun 1926, namun
terjadi perselisihan faham dengan tokoh nasional lainnya di kongres tersebut.
Pada Kongres Pemuda kedua tahun 1928 antara Tabrani dengan tokoh lainnya
seperti Mohammad Yamin sudah tidak lagi bersilang pendapat.
Pergaulan
tokoh-tokoh Pamekasan pada tingkat nasional baik secara perorangan ataupun
melalui partai-partai politik yang bermunculan pada saat itu, ditambah dengan
kejadian-kejadian historis sekitar persiapan kemerdekaan yang kemudian disusul
dengan tragedi-tragedi pada zaman pendudukan Jepang ternyata mampu mendorong
semakin kuatnya kesadaran para tokoh Pamekasan akan pentingnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang kemudian bahwa sebagian besar rakyat Madura termasuk
Pamekasan tidak bisa menerima terbentuknya negara Madura sebagai salah satu
upaya Pemerintahan Kolonial Belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan
bangsa. Melihat dari sedikitnya, bahkan hampir tidak ada sama sekali prasasti
maupun inskripsi sebagai sumber penulisan ini, maka data-data ataupun fakta
yang digunakan untuk menganalisis peristiwa yang terjadi tetap diupayakan
menggunakan data-data sekunder berupa buku-buku sejarah ataupun Layang Madura
yang diperkirakan memiliki kaitan peristiwa dengan kejadian sejarah yang ada.
Selain itu diupayakan menggunakan data primer dari beberapa informan kunci
yaitu para sesepuh Pamekasan.
Setelah
peneliti mengkaji dan memahami lebih dalam maka peneliti mempunyai ketertarikan
untuk menulis proposal penelitian tentang kontribusi pemerintahan ronggosukowati (1530-1616M) dalam menunjang
materi pembelajaran sejarah tentang islamisasi di pamekasan disebabkan karena
masih banyak yang belum menulis tentang tersebut. Baik dalam bentuk buku maupun
skripsi tentang hal tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Setelah
kita ketahui latar belakang di atas maka kita dapat mengetahui rumusan masalah sebagai
berikut:
·
Bagaimana Perkembangan
Pamekasan Pada Masa Pemerintahan Ronggosukowati?
·
Bagaimana Kontribusi
Pemerintah Ronggosukowati Terhadap Islamisasi Di Pamekasan!
·
Mengapa
pemerintahan Ronggosukowati 1530-1616M
disebut dengan masa pencerahan kabupaten pamekasan?
C.
Tujuan Penelitian
Setelah
kita ketahui rumusan masalah di atas adapun tujuannya yaitu
·
Untuk
Mengetahui Perkembangan Pamekasan Pada Masa Pemerintahan Ronggosukowati.
·
Untuk
Mengetahui Kontribusi Pemerintah Ronggosukowati Terhadap Islamisasi Di
Pamekasan.
·
Untuk
mengetahui Pemerintahan Ronggosukowati 1530-1616M
disebut dengan masa pencerahan kabupaten pamekasan
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan dapat mengetahui
bagaimana sejarah beridiri dan berkembangnya pamekasan, serta bagaimana proses
islamisasi di Pmaekasan, serta dapat dijadikan bahan untuk penelitian
selanjutnya dan yang relevan dengan permasalahan penelitian ini.
2.
Bagi jurusan
Sejarah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
sumber referensi dan masukan. Berguna untuk memenuhi salah satu kebutuhan
Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang, yaitu sebagai
literatur bagi mahasiswa yang lainnya.
3.
Bagi
Pengembangan ilmu
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat
berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada pembelajaran sejarah
terutama sejarah lokal.
4.
Bagi Siswa
Dapat menambah wawasan tentang pelajaran
sejarah terutama sejarah lokal daerah pamekasan.
5.
Bagi pemerintah
kabupaten Pamekasan.
Ø Sebagai bahan referensi dan kajian dalam penelitian sejarah lokal Pamekasan.
Ø Menambah bahan-bahan atau referensi sejarah lokal Pamekasan tentang
sejarah pemerintahan ronggosukowati yang masih banyak belum di publikasikan
secara umum.
Ø Dapat mendorong Pemerintah Kabupaten Pamekasan untuk mengetahui dan
memahami peristiwa yang terjadi khususnya Pemerintahan Ronggosukowati 1530-1616M
6.
Bagi Masyarakat
Mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat
akan pentingnya sejarah. Agar kita paham bagaimana jalannya sejarah di daerah
kita sehingga daerah yang kita duduki menjadi seperti sekarang.
E.
Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka
ruang lingkup permasalahan dibatasi baik secara tematis, spasial maupun temporal. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa
cakupan masalah dalam penelitian ini sangat kompleks dan agar penelitian ini
lebih terfokus pada titik persoalan sehingga dapat menjawab substansi
permasalahan secara memadai.
Secara
spasial, pembahasan Penelitian ini dilakukan di kabupaten Pamekasan, tepatnya
di Kecamatan Pamekasan kota yang dahulunya merupakan berdiri Kerajaan Mandilaras,
namun tidak menutup kemungkinan daerah-daerah lain yang ada disekitar Kabupaten
Pamekasan, juga dijadikan lokasi penelitian guna memperoleh informasi yang
lebih mendalam mengenai objek kajian ini.
Secara tematis, sesuai
dengan pernayataam masalah, maka fokus penelitian ini adalah Kerajaan Mandhilaras
Pemerintahan Ronggosukowati
(1530-1616M). Pembahasan ini akan
dimulai dengan latar belakang berdirinya pemerintahan Ronggosukowati
(1530-1616M) dalam menunjang materi pembelajaran sejarah tentang islamisasi di
pamekasan untuk kelas xi di sma
pamekasan, kemudian membahas mengenai cara pengangkatan
rajanya, kemudian dilanjut dengan bagaimana sistem pemerintahannya, kajian
terakhir membahas mengenai hubungan Kerajaan Mandhilaras dengan
kerajaan-kerajaan lain pada Tahun 1530-1616M.
Sedangkan
batasan temporalnya pada Tahun 1530-1616M,
dimana pada masa ini merupakan awal Kejayaan Kerajaan Mandhilaras. Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa ini,
dipedomani sampai kerajaan ini menjadi domain dari Kerajaan Pamekasan.
F.
Kajian Pustaka
Seperti yang telah dipublikasikan oleh
pemerintah pamekasan. Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap
sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura,
terlebih lagi ketika Ronggosukowati mulai mereformasi pemerintahan dan
pembangunan di wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja Pertama
di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di
kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan Se Jimat, yaitu
jalan-jalan di Alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan Masjid Jamik Pamekasan.
Namun, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya inskripsi ataupun
prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal
dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan (Werdisastro R. 1914)
Bahkan zaman pemerintahan Ronggosukowati mulai
dikenal sejak berkembangnya legenda kyai Joko Piturun, pusaka andalan
Ronggosukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari
Aresbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena
dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan Hari Jadi Kota Pamekasan.
Terungkapnya sejarah pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah
berhasilnya invansi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal dibawah
pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad
Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh
Sarjana barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama,
khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH.
Pigeaud tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Benda tentang Matahari
Terbit dan Bulan Sabit, termasuk juga beberapa karya penelitian lainnya yang
menceritakan sejarah Madura. Masa-masa berikutnya yaitu masa-masa yang lebih
cerah sebab telah banyak tulisan berupa hasil penelitian yang didasarkan pada
tulisan-tulisan sejarah Madura termasuk Pamekasan dari segi pemerintahan,
politik, ekonomi, sosial dan agama, mulai dari masuknya pengaruh Mataram
khususnya dalam pemerintahan Madura Barat (Bangkalan dan Pamekasan), masa
campur tangan pemerintahan Belanda yang sempat menimbulkan pro dan kontra bagi
para Penguasa Madura, dan menimbulkan peperangan Pangeran Trunojoyo dan Ke’
Lesap, dan terakhir pada saat terjadinya pemerintahan kolonial Belanda di
Madura. (Hartono. B. 2001:15)
Menurut buku yang berjudul Pamekasan dalam
legenda dan sejarah oleh A. Sulaiman Sadik. Merupakan rentetan tentang Cerita
rakyat dimasa kerajaan mulai dari kisa Lembu petteng, Kyae Padhemmabu, Rato
Bidarba, Pangeran Nugroho, Aryo Menak, Batu Bhujuk Radhin Aju, Eyang Kasambhi,
sampai ke kisah Pangerang Ronggosukowati sebagai raja Pamekasan yang sangat
dihormati pada saat itu disuguhkan dengan cukup singkat dan bermakna. Sebelum
Pemerintahan Ronggosukowati Pamekasan sebenarnya dikenal dengan nama
pamellengan. Nama itu diambil dari sebuah kisah seseorang bernama Arya mengo
yang selalu bertapa di tempat untuk memuja (melleng) agar dikaruniai seorang
anak. Oleh karena itu tempat itu diberi nama Pamellengan. Namun seiring
berjalannya waktu, setelah penobatan Raja Ronggosukowati nama Pamellengan
diganti dengan nama Pamekasan. Nama tersebut mengandung Do’a agar disepanjang
zaman Pamekasan selalu Mekkas Jhatna Paksa Jhenneng Dhibi’. Simbol Pamekasan
ini memmpunyai arti Siapapun yng memerintah harus selalu berpesan kepada rakyat
Pamekasan agar hidup secara transparan, mengandalkan kekuatan diri sendiri
dalam peradatan dan pemerintahan (hal 30).
Didalam buku ini juga disajikan tentang
beberapa tempat penting di pamekasan seperti Masjid Asy Syuhada yang merupakan
masjid peninggalan Ronggosukowati yang awalnya terbuat dari kayu beratapkan
Rumbia hingga mengalami beberapa kali renovasi sampai menjadi megah seperti
saat ini.
Pada buku yang lain yang berjudul Panembahan
Ronggosukowati Raja Islam Pertama Di Kota Pamekasan Madura oleh Drs. Bambang
Hartono HS. Yang menjelaskan Nama Ronggosukowati diambil dari nama seorang Panembahan
dan sekaligus raja Islam pertama di kota Pamekasan. Diceritakan Sebelum
pemerintahan Panembahan Ronggosokowati di pulau Jawa dan Madura, masyarakatnya
masih banyak menganut agama Hindu-Buddha. Pada saat itu pemerintahannya
dipimpin oleh Pangeran Bonorogo, yakni ayah dari Panembahan Ronggosukowati.
Setelah baliau merasa tidak mampu lagi memimpin karena usianya yang sudah tua,
maka beliau menyerahkan kekuasaannya terhadap putranya yaitu Panembahan
Ronggosukowati. Beliaupun wafat pada 1530.
Sewaktu remaja, Panembahan Ronggosukowati
sempat menjadi santri dan belajar agama Islam kepada Sunan Giri. Setelah cukup
paham tentang ajaran Islam, tidak lama kemudian beliau pulang ke Pamekasan.
Sejak saat itulah untuk pertama kalinya kota Pamekasan dipimpin oleh seorang
raja yang menganut agama Islam. Pada pertengahan abad 15, agama Islam mulai
dikenal dan mulai banyak dianut oleh masyarakat Pamekasan. Islam juga
sudah ada di Jawa jauh sebelum abad lima belas.
G.
Metode Penelitian
Dalam masalah penelitian
Kontribusi Pemerintahan RonggoSukowati (1530-1616M) Dalam Menunjang Materi
Pembelajaran Sejarah Tentang Islamisasi Di Pamekasan,
peneliti secara implisit dan eksplisit menggunakan metode sejarah. Metode
sejarah merupakan suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman
dan peninggalan masa lampau dengan merekonstruksi berdasarkan data yang
diperoleh dengan menempuh proses historiografi.
G.1 Heuristik
Usaha
Penelusuran sumber penulis lakukan melalui studi kepustakaan dan penelusuran Arsip tentang
Pemerintahan Ronggosukowati dan terbitan sezaman yang merupakan
sumber primer yang tersimpan di Perpustakaan Kota dan Arsip untuk diambil data secara selektif dan relevan dengan
permasalahan yang ada.
Penulisan kontribusi pemerintahan ronggosukowati (1530-1616m) dalam menunjang
materi pembelajaran sejarah tentang islamisasi di pamekasan untuk kelas XI di
SMA pamekasan dikenal dua macam sumber yaitu sumber primer dan sumber
skunder. Sumber primer merupakan sumber pertama yang dipakai oleh peneliti
dalam penulisan sejarah dan dianggap sebagai sumber yang asli (orisinil)
sebagai bukti yang kontemporer dengan peristiwa yang terjadi. Sumber kedua
adalah sumber skunder merupakan sumber berupa kesaksian dari siapa saja yang
merupakan saksi mata atau sumber yang berasal dari sumber aslinya yang berupa
literatur.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk
mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun kajian ini
yakni:
1) Penelitian Lapangan
Penelitian
lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan secara
langsung ke lapangan untuk meneliti serta mencari data-data dan informasi yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, agar dapat dibahas berdasarkan
informasi atau bukti data-data yang ditemukan. Ada 2 teknik yang digunakan
penulis untuk mengumpulkan data-data dan informasi penelitian lapangan, yaitu:
Ø Pengamatan (observasi)
Adalah
suatu teknik yang dilakukan penulis untuk mengamati secara langsung objek yang
berkaitan dengan Pemerintahan Ronggosukowati
dan bukti-bukti sejarah terkait peristiwa tersebut.
Ø Tradisi lisan / Wawancara
Adalah
suatu teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan mencermati
penuturan-penuturan informasi yang sifatnya turun-temurun dan dapat memberikan
keterangan terhadap masalah yang akan diteliti untuk mewujudkan fakta-fakta
dalam rangka penyusunan sejarah lokal tersebut, misalnya dengan mengadakan
wawancara langsung dengan orang-orang yang mengetahui tentang hal-hal yang
berkenaan dengan Pemerintahan Ronggosukowati
(1530-1616M).
2)
Penelitian
Kepustakaan
Dalam
kajian kepustakaan ini peneliti akan mengadakan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan
informasi-informasi serta data-data yang berkaitan dengan peristiwa sejarah
tersebut. Melalui penelitian kepustakaan ini sumber-sumber buku yang dapat
dijadikan sebagai referensi dalam penulisan Proposal ini. sumber perpustakaan
yang akan di kaji adalah perpustakaan Daerah Pamekasan, dinas Pendidikan
Kecamatan Pamekasan kota, serta instansi-instansi yang berkaitan dengan
peristiwa tersebut.
G.2 Kritik sumber/Verifikasi
Kritik sumber merupakan verifikasi sumber yaitu
pengujian kebenaran atau ketepatan dari sumber sejarah. Kritik sumber ada dua
macam yaitu kritik ekstern dan kritik
intern untuk menguji kredibilitas sumber. Kritik ekstern dalam penelitian ilmu sejarah umumnya
menyangkut keaslian atau keautentik bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber
sejarah. Bentuk penelitian yang dilakukan peneliti misalnya tentang waktu
pembuatan dokumen (hari dan tanggal) atau penelitian tentang bahan (materi)
pembuatan dokumen itu sendiri.
G.3 Interpretasi/ Analisis
Interpretasi yaitu penafsiran akan
makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas
fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap
subyektif, harus subyektif rasional, jangan subyektif emosional.
G.4 Historiografi
Kegiatan terakhir dari penelitian
sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara
kronologis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat
uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian dari
ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu. Selain kedua
hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat ilmiah, juga
harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.
H.
SISTEMATIKA PENULISAN
Secara umum penelitian ini terdiri dari lima (V)
bab, yaitu :
Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari sub bab; (a) Latar
Belakang (b) Rumusan Masalah (c) Tujuan
Penelitian (d) Manfaat Penelitian (e) Ruang Lingkup (f) Kajian Pustaka (g) Metode
dan Pendekatan Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN
Dalam Bab ini dimuat pembahasan
Perkembangan Pamekasan Pada Masa Pemerintahan Ronggosukowati.
BAB III.
Berisi
gambaran tentang Kontribusi Pemerintah Ronggosukowati Terhadap Islamisasi Di
Pamekasan.
BAB IV Pemerintahan
Ronggosukowati 1530-1616M disebut
dengan masa pencerahan kabupaten pamekasan
BAB V Memuat
kesimpulan dan saran.
Untuk halaman terakhir berisi Daftar Pustaka dan Lampiran
Untuk halaman terakhir berisi Daftar Pustaka dan Lampiran
DAFTAR RUJUKAN
Graaf & Pigeaud. 2002. Kerajaan Islam
Pertama Di Jawa, Tinjauan Sejarah Politik Abad Xv Dan Xvi (Terjemahan). Jakarta:
Pustaka Ulama Grafiti.
Graaf & Pigeaud. 2002. Puncak Kekuasaan
Mataram, Politik Inspirasi Sultan Agung. Jakarta: Pustaka Ulama Grafiti.
Hartono. B. 2001. Panembahan Ronggosukowati
Raja Islam Pertama Di Kota Pamekasan Madura. Sumenep: UD Nur Cahaya Gusti.
Muhammad. K. 2002. Pondok Pesantren Di
Pamekasan. Pamekasan: STAIN Pamekasan.
R.P
Ghazali & Al-Farduk. 2009. Pangeran Rongggosukowati Pendiri Kota
Pamekasan. Surabaya: Karunia.
Sadik.
A.S. 2013. Pamekasan Dalam Legenda Dan Sejarah. Pamekasan: Bina Pustaka
Jaya.
Werdisastro
R. 1914. Babad Pamekasan. Pamekasan: T.P
Zainalfatah. 1951. Carana Pamarenta E Polo
Madura Ban Lo-Polo Sakobengga. Pamekasan: T.p
Komentar
Posting Komentar