REVOLUSI AMERIKA: GEORGE WASHINGTON DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN TAHUN 1755-1783
REVOLUSI AMERIKA:
GEORGE WASHINGTON DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN TAHUN 1755-1783
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATA KULIAH
Sejarah Amerika
Yang dibina oleh
Bapak Drs. Marsudi, M.Hum.
Oleh
Ahmad Amin Tohir (130731615728)
Handhika Eka Matra (130731615732)
Miftakhul Khassnah (130731615748)
Rizqy Yolanda D (130731615677)
Zidnie Amaliah (130731615727)
![]() |
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Maret 2016
DAFTAR ISI
Halaman sampul
Daftar Isi i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang 1
1.2 Rumusan
Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar
Belakang Perjuangan Revolusi Amerika 3
2.2 Peran
George Washington Dalam Revolusi Amerika 1775-1783 7
2.3 Dampak
Terjadinya Revolusi Amerika Tahun 1775-1783 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 15
DAFTAR
RUJUKAN 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Amerika Serikat menjadi sebuah negara baru yag lahir dalam suatu revolusi
yaitu revolusi Amerika. Revolusi Amerika adalah buah kemenangan peperangan
antara para kolonis (13 koloni) terhadap pemerintah kolonial inggris. Krisnadi
(2012:94) mengatakan revolusi adalah perubahan secara cepat dan mendasar yag
berpengaruh terhadap masyarakat luas dalam segala sektor kehidupan. Revolusi
Amerika merupakan revolusi yang unik, revolusi amerika lebih cenderung sebagai
revolusi politik daripada penumbangan suatu susunan sosial. Revolusi Amerika
bukan suatu pemberontaka kaum proletariat, karena dipimpin oleh kaum ningrat
whig yang mencari kebebasan dari tekanan politik dan ekonomis yang dipaksakan
oleh pemerintah kerajaan Inggris.
Kemajuan dan standar hidup sangat tinggi di Amerika bahkan melebihi Inggirs
(McCan, Tanpa Tahun:3). Pada tahun 1770 koloni_koloni Amerika secara ekonomis
dan politis siap menjadi bagian dari kemuncula gerakan pemerintahan sendiri
yang telah menguasai suasana politik Inggris sejak zaman James I (1603-1625).
Bahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi menjurus pada pemisahan politis secara
total. Sebagaimana pergolakan politik Inggris abad 17 dan 18, revolusi Amerika
bersifat borjuis meskipun semboyan pemersatunya adalah “hak yang tak
tercabutkan atas hidup, kebebasan dan harta”.
Pembahasan mengenai Revolusi Amerika tidak bisa dilepaskan dari peristiwa Boston Tea Party dan berbagai kebijakan
yang dikeluarkan Inggris bagi negara koloni di Amerika. Boston Tea Paty merupakan suatu bentuk protes dari negara koloni
akibat tingginya pajak yang dibebankan Inggris kepada negara koloni di Amerika
yang akhirnya melakukan perlawanan menentang Inggris. Perjuangan dan perlawanan
pada awalnya bertujuan untuk melawan aturan-aturan yang dirasa menindas negara
koloni amerika, namun perlawanan berujung hingga keinginan untuk mencapai
kemerdekaan dan membentuk suatu negara baru, yaitu Amerika Serikat.
Kemenangan pihak Amerika dalam revolusi Amerika tidak bisa dilepaskan dari
peran George Washington yang semasa perang merupakan seorang pimpinan
militer
Amerika. Selain itu, Washington merupakan seorang pahlawan bagi bangsa dan
negara Amerika Serikat karena jasanya dalam perjuangan kemerdekaan tanah
airnya. George Aashington kemudian dianggap sebagai founding of his country (bapak bangsa Amerika Serikat).
Revolusi Amerika dan peran George Washington merupakan topik pembahasan
yang cukup menarik. Hal ini karena dampak yang ditimbulkan revolusi tersebut
sangat luas dan akibat-akibatnya masih tetap dirasakan bukan dikalangan bangsa
Amerika tetapi juga segenap penjuru dunia. Berdasarkan uraian diatas, maka
makalah ini berupaya untuk mengkaji tentang “Revolusi Amerika: George Washington Dalam Perjuangan Kemerdekaan Tahun
1755-1783”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana latar belakang perjuangan Revolusi Amerika
1775-1783?
2.
Bagaimana peranan George Washington dalam Revolusi
Amerika 1775-1783?
3.
Bagaimana dampak dari Revolusi Amerika 1775-1783?
1.3. Tujuan
Adapun
tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang perjuangan
Revolusi Amerika 1775-1783?
2.
Mengetahui peranan George Washington dalam Revolusi
Amerika 1775-1783?
3.
Mengetahui dampak dari Revolusi Amerika 1775-1783?
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Latar Belakang Perjuangan
Revolusi Amerika
Berbagai hal dan pengalaman yang dirasakan para
koloni di Amerika menjadi kausal perjuangan para koloni untuk memperjuangkan sebuah
Revolusi. Latar belakang revolusi Amerika yang utama adalah tingginya pajak
yang dibebankan oleh Inggris terhadap para koloni di Amerika yang akhirnya
melakukan perlawanan menentang Inggris. Perlawanan ini dilakukan oleh berbagai
kaum seperti kaum intelektual, kaum pedagang maupun aksi massa. Perlawanan
masing-masing golongan memiliki corak dan karakteristik perlawanan
masing-masing. Kaum intelektual seperti Benjamin Franklin dari Pennsylvania,
John Adam dari Massachusetts, Thomas Jefferson dari Virginia melakukan aksi
perlawanan dengan perang pamflet ideologis yang mempercepat meletusnya revolusi
Amerika. Para kaum intelektual ini beranggapan bahwa pemerintah negeri induk
tidak dapat melakukan berbagai pungutan pajak tanpa melalui perwakilan (no tax without representative). Adams
(2005:59) mengatakan bahwa para pengacara kolonial juga memprotes pengadaan
pajak itu dan membuat berbagai slogan untuk meyakinkan warga Amerika bahwa
mereka ditindas oleh negara induk mereka.
Aksi penolakan kaum pedagang terhadap kebijakan
pajak negeri induk (Inggris) dilakukan dengan perlawanan melalui penghentian
impor. Hal ini karena pungutan pajak dirasa akan membawa kebangkrutan bagi para
pedagang, karena selama ini mereka telah mengadakan hubungan perdagangan dengan
luar negeri tanpa ada pungutan bea cukai apa pun. Sedangkan aksi massa di tanah
koloni melakukan perlawanan dengan berbagai cara seperti aksi pembakaran
terhadap surat-surat pengadilan laut di Boston, perampokan-perampokan terhadap
rumah pengawas keuangan, memaksa para agen materai untuk meletakkan jabatanya
yang dipimpin oleh Issac Barre dan memaksa para pedagang untuk menghentikan
pesanan barang-barang yang didatangkan dari negeri induk Inggris (Krisnadi,
2012:105).
Revolusi Amerika tidak dapat dilepaskan dari
peristiwa Boston Tea Party yang
terjadi pada tahun 1774, sebuah bentuk protes terhadap komoditas teh yang
kemudian
berujung pertempuran senjata. Peristiwa ini merupakan bentuk perlawanan para
kolonis di Amerika atas kewajiban membeli teh dari Inggris dan tidak
diperkenanya membeli teh dari negara lain. Perlawanan ini dilakukan dengan cara
melemparkan teh-teh kedalam lautan. Inggris menanggapi peristiwa ini dengan
kemarahan dan menghukum Boston yang menyebabkan pecahnya perang antara para
kolonis Inggris di tanah Amerika melawan negeri induk Inggris yang dipimpin
oleh George Washington (Krisnadi, 2012:108).
Bentuk-bentuk hukuman yang diberikan oleh Inggris
dengan mengeluarkan Undang-Undang Perkosaan, yang berisi:
a. Menutup
pelabuhan Boston sampai muatan tehnya selesai dibayar.
b. Anggota
Dewan Rakyat Massachuset akan ditunjuk oleh raja Inggris yang sebelumnya
dipilih oleh rakyat koloni sendiri.
c. Anggota
Dewan Juri dalam pengadilan ditunjuk oleh sherif yang merupakan bawahan
gubernur, sebelumnya mereka dipilih oleh Rapat Koloni.
d. Rapat
kota diadakan hanya dengan ijin gubernur, sebelumnya tidak diperlukan ijin.
Peraturan-peraturan
yang dikeluarkan negara induk sangat menyinggung para koloni, seperti
Undang-Undang Tempat Tinggal, Undang-Undang Perkosaan, Undang-Undang Gula
membangkitkan rasa persatuan diantara koloni di Amerika. Bersatunya koloni
untuk melawan Inggris dapat diambil salah satu contoh dari Kanada. Krisnadi
(2012:105) mengatakan bahwa ketika pertempuran di Boston masih berlangsung,
pemerintah Inggris memerintah pasukanya yang berada di Kanada untuk membantu
Inggris melawan Boston. Namun pasukan Inggris di Kanada menolak permintaan itu
yang kemudian berakibat pada penyerbuan Inggris ke Kanada. Hal inilah yang
merupakan kepentingan dan nasib bersama sehingga memberikan kesempatan pada
George Washington untuk melakukan konsolidasi guna menyusun kekuatan.
Semangat para kolonis di Amerika semakin memuncak
ketika rakyat koloni membaca buku Thomas Paine “Common Sense”. Buku tersebut mampu membakar jiwa patriotisme untuk
mengusir para pemerintah jajahan Inggris. Hal ini karena isi dalam buku
tersebut berisi tentang pribadi raja Inggris yang korup.
Dalam buku tersebut diungkapkan bahwa satu orang
jujur lebih berharga daripada semua bandit-bandit bermahkota yang pernah hidup
di muka bumi ini. Bandit bermahkota yang dimaksud salah satunya adalah raja
Inggris (Krisnadi, 2012:108).
Pajak merupakan faktor penting meletusnya Revolusi
Amerika, namun hal ini tidak dilepaskan oleh faktor-faktor lain yang turut
mempengaruhinya, diantaranya adalah:
a. Tradisi
sebagai orang merdeka yang memiliki kebebasan dimiliki oleh para kolonis
Amerika.
Tradisi
kebebasan yang dimiliki oleh para kolonis Amerika merupakan faktor yang tidak
dapat dikesampingkan. Hal ini karena koloni Inggris di Amerika tidak didirikan
oleh pemerintah Inggris, tetapi diciptakan oleh pelarian-pelarian dari Inggris. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh
Suparlan dalam Leudtke (1994:xi) mengatakan bahwa karakter bagsa Amerika
terbentuk mulai dari zaman kedatangan pertama para kolonis/imigran dari Eropa,
khususnya Inggris yang datang dan menetap di Amerika karena dorongan kekuatan
untuk membebaskan diri dari tekanan-tekanan keagamaan, politik, dan ekonomi.
Bahkan Hamid
(1981:172) menegaskan bahwa orang Eropa yang pindah ke Amerika Utara adalah
mereka yang menghendaki kebebasan dalam agama dan politik. Kaum koloni sejak
awal menganggap dirinya sebagai manusia merdeka yang membangun koloni di dunia
baru. Selain itu, kebebasan juga diwarisi sejak Raja Inggris memberikan Royal Charter kepada London Company & Plymouth Company. Hal ini karena para
kongsi dagang telah menjalankan pemerintahan sendiri secara penuh tanpa tekanan
gubernur koloni yang merupakan kepanjangan tangan dari Raja Inggris. Kebebasan
tersebut terlihat bahwa para koloni Inggris di Amerika dapat melakukan
pengawasan terhadap kinerja gubernur melalui penempatan wakil-wakil penduduk
koloni di dalam dewan legislatif.
Berbekal tradisi kebebasan yang dimiliki para koloni Inggris menjadi
modal dasar bagi para penduduk koloni untuk melawan pemerintah kolonial Inggris
dan menentang penindasan-penindasan.
b. Menjelang
meletusnya Revolusi Amerika, penduduk koloni sudah memiliki pengalaman
berpemerintah sendiri.
c. Perkembangan
penduduk koloni yang meningkat secara signifikan berpotensi untuk memaksimalkan
mobilisasi massa. Berkembangnya demografi secara signifikan berdampak terhadap
motivasi masyarakat koloni berjuang
untuk memperjuangkan hak-haknya (Krisnadi, 2012:98).
d. Tidak
ada garis tegas politik pemerintah Inggris di tanah koloni.
e. Pengawasan
tanah jajahan oleh gubernur atas perintah raja Inggris yang tidak efektif.
f. Perang
Tujuh Tahun antara Inggris dan Pracis 1756-1763
Kemenangan
Inggris terhadap Prancis dalam perang tujuh tahun (1756-1763) menyebabkan
hutang Inggris menjadi besar dan berusaha menutupinya dengan pelaksanaan
Undang-Undang Perdagangan (Undang-Undang Gula 1764, Undang-Undang Materai 1765) yang ditolak penduduk koloni
berdasarkan asas no tax without
representative.
Hal ini karena
dalam sebuah peperangan berlaku prinsip yang kalah menjadi abu dan yang menang
menjadi arang. Maksudnya baik yang menang maupun yang kalah sama-sama mengalami
kerugian besar baik secara materi maupun rohani, walaupun pihak yang kalah
mengalami kerugian yang lebih besar tapi yang menang pun akan mengalai kerugian
dalam peperangan (Krisnadi, 2012:102). Kemenangan yang diraih Inggris ini
kemudian membawa masalah baru akibat semakin luasnya wilayah jajahan Inggris
seperti: persoalan daerah perbatasan, mengelola daerah jajahan, menghadapi
pemberontakan orang Indian, dll. Berbagai masalah tersebut dan juga akibat
peperangan tujuh tahun melawan Prancis menjadikan Inggris membutuhkan biaya
yang besar. Hal ini menyebabkan utang Inggris menjadi besar jumlahnya yaitu 130
juta poundsterling dengan bunga setiap tahunya 4 juta poundsterling. Banyaknya
hutang ini berusaha ditutupi dengan melaksanakan Undang-Undang Perdagangan
(Undang-Undang Gula 1764 dan Undang-Undang
Materai 1765).
Undang-Undang
Gula 1764 mengatur tentang larangan impor minuman keras dari luar negeri
(kecuali Inggris), melarang impor gula, sirup,
mengenakan bea masuk atas anggur,
sutra, kopi dan sejumlah barang mewah lainya. Undang‑Undang Materai 1765 mengatur tentang pembebanan terhadap
bea atas surat-surat kabar, pamflet, lisensi, dadu, dan kartujudi kepada para
kolonis di Amerika. Hal inilah sebagaimana penjelasan diatas sebelumnya yang
menjadi penyebab penting Revolusi Amerika.
2.2. Peran George Washington Dalam
Revolusi Amerika 1775-1783
Revolusi Amerika antara tentara Inggris dan tentara
Amerika itu diawali dengan pertempuran Lexington dan Concord pada 19 April
1775. Setelah berita pertempuran di Lexington dan Concord menyebar ke seluruh
koloni, maka selanjutnya diadakan Kongres Kontinental ke II di Philadelphia pada tanggal 10 Mei 1775 menghasilkan dikeluarkannya keputusan untuk
berperang melawan Inggris. Selain itu, Kongres Kontinental ini juga menunjuk
George Washington, yang waktu itu berpangkat Kolonel, untuk menjadi pimpinan
tertinggi pasukan Amerika dengan pangkat Jenderal. Hal ini menunjukan bahwa
peran Goerge Washington dalam Revolusi sangatlah besar, yaitu menjadi pemimpin
tertinggi pasukan Amerika.
Jumlah pasukan dari
ketiga belas Negara Bagian ini dapat terkumpul 88 batalion atau sekitar
80.000 personil pada 16 September 1776 dengan rincian pasukan Masing-masing
Negara Bagian, New Hampshire 3 Batalion, Massachusetts bay 15 Batalion, Rhode
Island 2 Batalion, Connecticut 8 Batalion, New York 4 Batalion, New Jersey 4
Batalion, Pennsylvania 12 Batalion,Delaware 1 Batalion, Maryland 8 Batalion,
Virginia 15 Batalion, North Carolina 9 Batalion, South Carolina 6 Batalion,
Georgia 1 Batalion.
Pada tanggal 2 Juli 1776, Jenderal George Washington
sebagai PanglimaTertinggi Tentara Kontinental mengantisipasi serangan Inggris
dengan bergerak ke selatan dari New England. Dengan pasukan Inggris yang
dipimpin Jenderal William Howe yang didaratkan di Pulau Staten. Dalam
Pertempuran di Long Island, pasukan Inggris berhasil mengalahkan Tentara Kontinental
pada bulan Agustus 1776. Kekalahan yang diderita oleh Tentara Kontinental
tersebut diakibatkan kurangnya pengalaman, singkatnya pelatihan, serta minimnya
perlengkapan yang dimiliki oleh Tentara Kontinental.
Pada Natal 25 Desember 1776, Washington menyeberangi
Sungai Delaware, di utara Trenton, New Jersey. Datangnya serangan dari pasukan
kontinental mengejutkan pasukan Inggris dan berhasil menawan lebih dari 900
orang. Kemudian pada 3 Januari 1777, pasukan kontinental Washington menyerang
Inggris di Princeton, merebut kembali hampir semua teritori yang tadinya
diduduki Inggris. Kemenangan di Trenton dan Princeton memulihkan semangat
Amerika yang sempat lesu. Pertempuran di Trenton merupakan rahasia awal
kemenangan Tentara Kontinental. Konsep bertempur Tentara Inggris adalah
berusaha memperoleh wilayah strategis seluas-luasnya seperti di New York,
sedangkan Tentara Kontinetal berusaha untuk memperoleh kemenangan pasukan. Seperti halnya pada perang gerilya
modern, Tentara Kontinental Amerika mengorbankan wilayah sambil tetap
memelihara konsolidari pasukan, dan sepanjang pasukan tetap terpelihara,
Inggris tidak bisa mengklaim kemenangan. Namun pada September 1777 pasukan Howe
mengalahkan tentara Amerika di Brandywine, Pennsylvania dan memaksa pembubaran
Kongres Kontinental.
Washington harus bertahan dalam musim dingin yang
pahit pada 1777-1778 di Lembah Forge, Pennsylvania, kekurangan pangan, pakaian,
dan perbekalan. Lembah Forge merupakan kemunduran terparah bagi Tentara Kontinental
Washington, tetapi di isi lain, tahun 1777 terbukti menjadi titik balik perang.
Jendral Inggris John Burgoyne, pindah ke selatan dari Kanada, berusaha
menginvasi New York dan New England lewat Danau Champlain dan Sungai Hudson
dengan membawa banyak peralatan. Namun
hingga pada Beberapa hari kemudian pada saat di Bennington, Vermont, banyak pasukan Burgoyne,
didesak mundur oleh tentara Amerika.
Pasukan Burgoyne pindah ke sisi barat Sungai Hudson dan menyerang
Albany. Di bawah pimpinan Benedict Arnold—yang nantinya mengkhianati Amerika di
West Point, New York—tentara kolonial berhasil memukul mundur Inggris hingga
dua kali. Karena mengalami kekalahan telak, Burgoyne mundur ke Saratoga, New
York, tempat pasukan Amerika yang sangat unggul di bawah kepemimpinan Jendral
Horatio Gates mengepung pasukan Inggris. Pada 17 Oktober 1777, Burgoyne
menyerahkan seluruh pasukannya enam jendral, 300 perwira lainnya dan 5.500
bintara.
Aliansi Perancis–Amerika dalam revolusi Amerika tadak
bisa terlebas dari peran negara lain untuk terlibat. Dimana Perancis, memiliki
antusiasme mengenai kasus revolusi Amerika cukup tinggi. Menurut Lumbatoruan (2005:70) “Kerajaan memberikan dukungannya
kepada koloni lebih alasan geopolitik pemerintah Perancis sudah lama
menginginkan pembalasan dendam terhadap Inggris Raya sejak kekalahan Perancis
pada 1763.” Untuk lebih membantu Amerika, Benjamin Franklin dikirim ke Paris
pada 1776. Kecerdasan, kelihaian dan kemampuan intelektualnya segera membuat
kehadiran mereka terasa di ibukota Perancis dan memainkan peranan besar dalam
memperoleh bantuan Perancis. Perancis mulai membantu koloni pada Mei 1776, dimana mereka mengirim 14 buah kapal
bermuatan perlengkapan perang ke Amerika. Keinginan Perancis ingin membalas
kekalahannya dalam Perang Tujuh Tahun dalam memperebutkan hegemoni atas Amerika
Utara menjadikan Amerika dan Perancis kemudian mengadakan Traktat Persekutuan
untuk menjamin kelangsungan pengiriman bantuan persenjataan untuk mendukung
peperangan tahun 1778.
Selanjutnya pada 6 Februari 1778, koloni dan
Perancis menandatangani Traktat Perdamaian dan Perdagangan, di mana Perancis
mengakui Negara Perserikatan dan menawarkan kontrak dagang. Traktat tersebut mengakibatkan Perancis
terlibat peperangan kembali dengan Inggris karena pada Juni 1778 kapal kapal
dagang Perancis yang membawa bantuan untuk Tentara Kontinental ditembaki oleh
Angkatan Laut Inggris. Pada masa perang kemerdekaan Amerika belum memiliki
Angkatan Laut. Karena itu, pengawalan bantuan perlengkapan militer yang dikirim
oleh Perancis juga dikawal oleh Angkatan Laut Perancis. Armada yang dipimpin
oleh Laksamana D’Estaing bersama empat ribu pasukannya tiba pada 8 Juli 1778.
Bantuan Angkatan Laut Perancis juga berjasa terutama dalam mengganggu
lalulintas pengiriman bantuan yang dilakukan oleh Angkatan Laut Inggris kepada
Angkatan Daratnya yang sedang berperang dengan Tentara Kontinental di sekitar
New York. Selain Perancis, negara luar yang ikut membantu Amerika dalam
berperang dengan Inggris adalah Spanyol yang baru bergabung tahun 1779.
Walaupun Spanyol ikut berperang melawan Inggris, Spanyol tidak berperang di
sisi Amerika tetapi sebagai sekutu Perancis yang sama-sama dikalahkan Inggris
dalam Perang Tujuh Tahun.
INGGRIS PINDAH KE
SELATAN
Dengan
bergabunya
Perancis, Inggris meningkatkan kampanyenya di bagian koloni di Selatan dengan alasan mereka yakin bahwa
warga Selatan adalah kaum Loyalis. pada akhir 1778 perang dimulai dengan menguasai
Savannah, Georgia. Tak lama setelahnya, serdadu dan angkatan laut Inggris
berkumpul di Charleston, South Carolina, pelabuhan utama
di Selatan. Hasilnya mereka
berhasil menahan pasukan Amerika di semenanjung Charleston. Pada 12 Mei 1780, sehingga Jendral Benjamin Lincoln menyerahkan kota
beserta 5.000 pasukannya, dimana
itu merupakan kekalahan terbesar pasukan kontintinental Amerika
sepanjang peperangan. Namun
dengan hal tersebut malah menambah dukungkan dari warga Amerika. Dimana Warga South Carolina meningkatkan pemberontakn
dengan menjelajahi
daerah pedesaan, menyerang jalur pasukan Inggris.
Pada
Juli dibentuk pasukan
cadangan yang terdiri atas milisi yang tidak terlatih, bergegas menuju Camden,
South Carolina, untuk menyerang pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jendral
Charles Cornwallis. Namun
sayangnya pasukan
cadangan itu tidak
memiliki mendal yang kuat sehingga panik dan melarikan
diri ketika diserang oleh serdadu terlatih Inggris. Serdadu Cornwallis
berhadapan dengan serdadu Amerika beberapa kali lagi, tetapi pertempuran paling
signifikan terjadi di Cowpens, South Carolina, pada awal 1780, di mana tentara
Amerika mengalahkan Inggris dengan telak. Selanjutnya pasukan yang dipimpin Cornwallis
mengalihkan perhatiannya ke Virginia.
Pada
Juli 1780, Raja Perancis Louis XVI mengirim pasukan perang prancis untuk menyerang kapal
Inggris dan memblokade bala bantuan serta perbekalan tambahan bagi pasukan
Inggris di Virginia. Pasukan
itu berjumlah 6.000 orang dibawah pimpinan Comte Jean
de Rochambeau. Selain itu, Angkatan darat dan angkatan laut Perancis dan
Amerika yang berjumlah 18.000 orang, bolak-balik beradu senjata. Pada
19 Oktober 1781, karena terjebak
di Yorktown di dekat muara Teluk Chesapeake, Cornwallis menyerahkan angkatan
daratnya yang beranggotakan 8.000 tentara Inggris. Meskipun kekalahan terus menerus dialami oleh pasukannya. Cornwallis
tidak segera menuntaskan perang yang terus berlangsung tanpa kejelasan selama
hampir dua tahun. Hingga
akhirnya pada awal
tahun 1782 pemerintah Inggris
yang baru memutuskan untuk menawarkan negosiasi damai di Paris. Amerika memilih perwakilan oleh Benjamin
Franklin, John Adams dan John Jay. Pada 15 April 1783, Kongres menyepakati
traktat terakhir. Ditandatangani pada 3 September, dimana hasil dari Traktat Paris isinya yakni mengakui kemerdekaan,
kebebasan dan kedaulatan penuh 13 negara bagian yang dulunya disebut koloni.
Negara Serikat yang baru terentang ke barat sampai Sungai Mississipi, ke utara
sampai Kanada dan ke selatan sampai Florida, yang dikembalikan ke Spanyol.
Sehingga
kemenangan
pihak Amerika dalam perang tersebut tidak bisa dilepaskan dari peranan George
Washington yang semasa perang merupakan panglima militer Amerika yang sangat handal. Kemampuan perang,
Jenderal George Washington telah membuktikan kepemimpinannya ketika Tentara Kontinental berperang selama delapan
tahun melawan tentara Inggris.
Dimana tentara dari pasukan inggris dinilai lebih
berpengalaman dan mempunyai perlengkapan dan dukungan yang lebih baik
dibandingkan dengan Tentara Kontinental, yang merupakan tentara revolusi,
terbentuk secara spontan oleh semangat para penduduk ketiga belas koloni yang
bersepakat untuk merdeka.
Selain
sebagai panglima, George Washington disebut-sebut merupakan salah seorang The
Founding Fathers sekaligus menjadi Presiden pertama Amerika Serikat, sehingga
ia mendapat julukan “Father of His Country”. Selain itu Washington juga dikenal sebagai tokoh besar
yang sukses sebagai seorang pemimpin militer dan politkus dalam sejarah Amerika
Serikat.
Sosok tokoh George Washington merupakan salah
seorang mata-mata yang hebat. Hal ini dibuktikan pada pada Perang Tujuh tahun, George
Washington disebutkan berhasil menggagalkan strategi Perancis dengan cara
memberikan informasi rahasia kepada Inggris. Namun beberapa tahun kemudian
justru berbalik, sosok George Washington
yang tengah memimpin sebuah misi ke hutan belantara dengan tujuan menemui
tentara Perancis dan memberitahukan mereka untuk meninggalkan Virginia. Sebagai
seorang mata-mata, Washington mengalami titik balik dalam kehidupan militernya.
Bahkan Hart, M (2009:139-141)
menempatkan Washington dalam urutan ke-27 dari 100 tokoh paling berpengaruh
dalam sejarah, karena keberhasilan-keberhasilan yang diperbuatnya
dan pengaruhnya terhadap lahirnya Negara Amerika.
Berkat peran Jenderal George Washington, yang dari awal pecahnya perang
kemerdekaan telah memimpin Tentara Kontinental untuk berjuang melawan Inggris,
akhirnya menyerahkan mandatnya sebagai Panglima Tertinggi Tentara Kontinental
Amerika kepada Kongres Kontinental pada 23 Desember 1783 setelah mengucapkan
pidato perpisahan di Fraunces Tavern kepada para personil Tentara Kontinental
yang telah bersama-sama berjuang dengannya melawan tentara Inggris, secara
simbolis Tentara Kontinental resmi dibubarkan.
2.3. Dampak Terjadinya Revolusi Amerika Tahun
1775-1783
Revolusi Amerika
merupakan suatu peristiwa yang akibat-akibatnya masih tetap dirasakan bukan
saja di kalangan bangsa Amerika sendiri, tetapi juga segenap penjuru dunia
(Krisnadi, 2012:95). Selain memberikan pengaruh pada bangsa Amerika sendiri,
dampaknya juga beruntun ke berbagai negara di dunia. Revolusi ini menjadi ciri
dari permulaan suatu zaman revolusi-revolusi dunia, tetapi revolusi ini tidak
seperti revolusi-revolusi yang menyusulnya (Krisnadi, 2012:95).
Berikut
ini merupakan dampak dari revolusi Amerika bagi Amerika menyangkut
masalah-masalah di dalam maupun di luar negeri, antara lain:
1. Penghapusan
sistem perbudakan
2. Kehancuran
perekonomian Amerika Serikat bagian Selatan
3. Munculnya
kaum petualang dari Amerika Serikat bagian Utara (yang disebut dengan Carpetbeggars) datang ke wilayah Amerika
Serikat bagian Selatan untuk melakukan perampokan
4. Masyarakat
di tingkat tinggi berusaha untuk memegang jabatan pada tampuk-tampuk
pemerintahan agar dapat melakukan korupsi.
5. Masyarakat
di tingkat rendah mereka melakukan perampokan terhadap harta milik tuan tanah
6. Timbulnya
rasa benci dari pihak Amerika Serikat bagian Selatan terhadap orang-orang Negro
yang mendapat persamaan kedudukan dengan orang kulit putih
7. Kehormatan
Amerika Serikat naik di mata dunia Internasional. Karena Amerika menjadi
inspirator bagi negara-negara di dunia untuk membebaskan diri dari
tangan-tangan penguasa yang bersikap sewenang-wenang pada rakyat.
Selain
berdampak pada Amerika, revolusi ini juga berdampak pada dunia. Dampak revolusi
Amerika bagi negara-negara di dunia adalah sebagai berikut:
1. Tersebarnya
paham kebebasan dan kemerdekaan baik di Eropa maupun di seluruh dunia. Makna
revolusi Amerika ini diambil oleh banyak bangsa di dunia untuk menentang
penindasan raja terhadap Rakyat, sifat-sifat tirani dan Absolutisme raja
(Hamid, 1981:183).
2. Menjadi
pendorong meletusnya Revolusi Perancis. Bukan hanya Perancis saja, pada abad
ke-18 sampai permulaan abad ke 19, di Eropa timbul gerakan rakyat tertindas,
untuk menggulingkan Pemerintahan raja yang memerintah sewenang-wenang
(1981:184).
3. Memberi
inspirasi timbulnya perang kemerdekaan negara-negara Amerika Latin untuk
menentang penjajahan Spanyol dan Portugis.
4. Declaration of Independence (1776)
yang didalamnya berisi human right menjadi
dasar tentang pernyataan hak asasi manusia dalam piagam Perserikatan
Bangsa-bangsa.
5. Bagi
Indonesia: Declaration of Indendence 1776
yang berisi pengakuan tentang hak-hak asasi manusia ditambah pernyataan
Presiden Wodrow Wilson tentang penentuan nasib sendiri nantinya:
a. Mempengaruhi
perjuangan organisasi pergerakan kebangsaan di Indonesia. Terbukti, perhimpunan
Indonesia mencantumkan asasnya: mengusahakan suatu pemerintahan Indonesia yang
bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia.
b. Mempengaruhi
penyusunan Teks Proklamasi Indonesia dan penyusunan Undang-undang Dasar 1945
terutama pembukaan alinea pertama: bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
c. Langkah-langkah
untuk mempertahankan kemerdekaan Amerika yang dilakukan melalui perjuangan
fisik dan diplomasi nantinya untuk mempertahankan kemerdekaan. Misalnya melalui
konfrontasi fisik (perang kemerdekaan) dan diplomasi ke negara-negara Timur
Tengah yang dipimpin H. Agus Salim.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Latar belakang
revolusi Amerika
yang utama adalah beban pajak dan
berbagai kebijakan yang dirasa sangat memindas masyarakat koloni di Amerika
sehingga mendorong terjadi sebuah perlawanan. Salah satu bentuk perlawanan
adalah peristiwa Boston Tea Party yang
terjadi pada tahun 1774. Namun peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari
faktor lain seperti tradisi merdeka para kolonis Amerika, pengalaman
berpemerintah, tidak adanya garis garis tegas politik pemerintah Inggris
ditanah koloni, pengawasan tanah jajahan oleh gubernur yang tidak efektif dan
perang tujuh tahun antara Inggris dan Perancis.
Revolusi Amerika antara tentara Inggris
dan tentara Amerika diawali dengan pertempuran Lexington dan Concord pada 19
April 1775. Jenderal George Washington sebagai Panglima Tentara Tertinggi Kontinental
mengantisipasi serangan Inggris dengan bergerak ke selatan dari New England.
Dengan pasukan Inggris dengan bergerak ke selatan dari New England. Sosok
George Washington merupakan salah seorang mata-mata yang hebat, hal ini
dibuktikan pada perang tujuh tahun George Washington berhasil menggagalkan
strategi Perancis dengan cara meberikan informasi rahasia kepada Inggris.
Revolusi Amerika merupakan suatu
peristiwa yang akibat-akibatnya masih tetap dirasakan bukan saja di kalangan
bangsa Amerika sendiri, tetapi juga segenap penjuru dunia. dampak dari revolusi
Amerika bagi Amerika menyangkut masalah-masalah di dalam maupun di luar negeri,
antara lain: Penghapusan sistem perbudakan, Kehancuran perekonomian Amerika
Serikat bagian Selatan, Munculnya kaum petualang dari Amerika Serikat bagian
Utara (yang disebut dengan Carpetbeggars)
datang ke wilayah Amerika Serikat bagian Selatan untuk melakukan perampokan, Masyarakat
di tingkat tinggi berusaha untuk memegang jabatan pada tampuk-tampuk
pemerintahan agar dapat melakukan korupsi, Masyarakat di tingkat rendah mereka
melakukan perampokan terhadap harta milik tuan tanah , Timbulnya rasa benci
dari pihak Amerika Serikat bagian Selatan terhadap orang-orang Negro yang
mendapat persamaan kedudukan dengan orang kulit putih.
DAFTAR RUJUKAN
Adam, J. 2005. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Biro Program Informasi
Internasional Departemen Luar Negeri A.S.
Hamid, dkk. 1981. Sejarah Umum. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hart, M. 2009. 100 Orang Berpengaruh Di Dunia Sepanjang
Sejarah. Mizan. Bandung
Krisnadi. 2012. Sejarah Amerika Serikat. Yogyakarta: Ombak.
Leudtke, L. S. 1987. Mengenal Masyarakat dan Budaya Amerika
Serikat. Terjemahan Hermoyo, Masri Maris. 1994. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Lumbatoruan, D.
Dkk. 2005. Garis Besar Amerika Serikat
Edisi Bahasa Indonesia. Biro Program Informasi Internasional Departemen
Luar Negeri A.S.
McCan, R. L.
Tanpa Tahun. Garis Besar Ekonomi Amerika.
Dinas Penerangan Amerika Serikat.
Komentar
Posting Komentar